Selasa, 19 Agustus 2008

Adversity Quation(AQ)

Saya pernah membaca buku yang bagus banget tentang enterpreneuship-nya dalam kehidupan nabi Muhammad saw. Salah satu yang saya ingat dan menarik dari isi buku itu tentang Adversity Quation(AQ) dimana selama ini saya mengenal IQ, EQ dan SQ. Tentang AQ itu sendiri adalah kecerdasan seseorang karena ditimpa kemalangan atau kegetiran dalam hidupnya. Konteks ini adalah bahwa AQ mendukung terbentuknya seorang enterpreneur yang berhasil. Lebih jauh dalam tentang AQ, bahwa Nabi Muhammad saw terlahir sebagai orang yang langsung ditempat oleh kegetiran hidup. Meskipun beliau terlahir dari keturunan terpandang, pada dasarnya kehidupan masa kecilnya penuh dengan keterbatasan. beliau hidup ditempa oleh kegetiranyang kemudian melahirkan apa yang disebut-sebut sebagai Adversitu Quation(AQ)- seseorang memiliki kecerdasan karena ditimpa kemalangan atau kegetiran dalam hidupnya.
Adalah Doktor Paul G.Stolz orang yang mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai riset hasil tentang Adversity Quation (AQ) selama belasan tahun. Penelitian ini memanfaatkan tiga cabang ilmu pengetahuan, yaitu psikologi kognitif, psikologi neuroimunologi, dan neorofisiologi. Pada ujungnya, diperolehlah kesimpulan bahwa AQ adalah dasar semua segi kesuksesan.
EQ dan IQ (yang diperkenalkan oleh Daniel Goleman) tidaklah cukup mengantarkan seseorang untuk sukses. ada orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul, tetapi bisa gagal karena tidak kuat bertahan dalam iklim yang keras serta penuh persaingan. Mereka sanggup bertahan dan malah menaklukan tantangan adalah mereka yang memiliki AQ.
Paul G Stolz kemudian membagi manusia menjadi tiga kategori berdasarkan contoh para pendaki gunung-Stolz mengibaratkan kehidupan ini sama dengan pendakian gunung ;
1. Mereka yang berhenti (quitters) ; orang-orang yang memilih untuk keluar, menghindari
kewajiban, mundur, dan berhenti.
2. Mereka yang berkemah (campers) ; orang-orang yang memilih apa adanya, tinggal di comfort
zone, dan merasa sukses dengan hasil yang sudah dicapainya.
3. Mereka yang mendaki (climbers); orang-orang yang membaktikan dirinya untuk terus
mendaki tanpa memperdulikan apapun pada dirinya.
Kita akan menyebutkan dan tidak perlu ragu, bahwa Muhammad saw adalah pribadi tipe terakhir, sang pendaki. sepanjang hidupnya Muhammad saw menghadapi kesulitan demi kesulitan, tetapi beliau tetap maju dengan bersemangat. Bahkan, ketika diangkat menjadi rosul dan mulai mendapat penentangan dari kaum kerabatnya, Muhammad saw sempat berkata kepada pamanya, Abu Thalib; "meskipun mereka meletakan matahari ditangan kananku, dan bulan ditangan kiriku sekali-kali aku tidak akan mundur atau aku binasa".
Banyak contoh orang sukses mereka pernah getir dalam masa-masa awal hidupnya (kanak-kanak), seperti putus sekolah karena tidak ada biaya, makan satu kali sehari, menjadi anak jalanan, dan menjadi anak yatim piatu. Konteks kegetiran ini terkadang menjadi modal yang baik untuk terbentuknya jiwa kemandirian atau kewirausahaan (enterpreneurship). Proses kegetiran terkadang melahirkan jiwa-jiwa kepemimpinan dan manajemen yang baik dalam hidup.
Jika kita buka kisah-kisah sukes para tokoh, kebanyakan akan kita temukan kisah kegetiran yang mengawali dan melatari kehidupan mereka. Orang bijak berkata, Many greatmen started as newspapers boys. Pengalaman masa kecil yang pahit sangat berpengaruh menempa seseorang menjadi pribadi yang tangguh. Karena itu, dalam konsep pendidikan, orangtua yang mampu sekalipun mencoba untuk mendidik anaknya denga prinsip-prinsip keprihatinan, mendorong anak untuk mendapatkan sesuai dengan cara berusaha, dan menanamkan empati kepada anak-anak mereka tentang anak-anak lain yang hidup menderita.

Rabu, 06 Agustus 2008

Isra Miraj

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang diberkahi sekelilingnya. Selanjutnya Allah melanjutkan perjalanan Rasulullah ke Sidratul Muntaha untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Dari kedua peristiwa ini mengilhami kewajiban vertikal antara hamba dengan Tuhannya, Allah dengan ritual shalat. Selain itu Rasulullah memperoleh visualisasi kebesaran Allah maupun prediksi-prediksi pasti tentang masa depan hambanya dengan gambaran-gambaran yang baik dan buruk. Seperti tanda-tanda akhir-akhir jaman, visualisasi yang mewakili akhlak-akhlak hambanya selama di dunia dengan segala implikasinya.
Shalat lima waktu yang diwajibkan kepada ummat Islam, sesungguhnya sebuah karunia yang besar dari Allah sebagai bentuk hubungan yang universal dan proses penghambaan yang melibatkan cinta kasih, kepasrahan dan kepentingan yang besar dari hamba kepada khaiknya. Bukan sebaliknya sebagai sesuatu yang memberatkan. Shalat adalah sesuatu kebutuhan. Bila tahap ini dapat tercapai maka sesungguhnya pemaknaan hidup menjadi lebih berarti dan terarah akan pencapaian akhir dari kehidupan itu sendiri.
Shalat mendidik kita untuk disiplin baik waktu, tempat dan segala hal. Selain mendidik kepasrahan total kepada Allah bahwa segalanya hanya milik Allah dan kembali kepada-Nya. Oleh karenanya, sifatnya yang wajib bukan untuk memberatkan hambanya akan tetapi lebih membantu dan menolong pada proses kehidupan manusia selanjutnya baik didunia maupun di akhirat. Allah memiliki hak prerogatif sebagai sutradara mengatur jalan cerita hamba-hambanya dan shalat adalah media yang harus dilalui sebagai terjemahan dari pedoman hidup secara nyata yang dipandu dengan kitab suci Al Qur'an dan Hadist untuk memberikan arah yang jelas bagi kehidupan ummat manusia seutuhnya.