Rabu, 06 Agustus 2008

Isra Miraj

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang diberkahi sekelilingnya. Selanjutnya Allah melanjutkan perjalanan Rasulullah ke Sidratul Muntaha untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Dari kedua peristiwa ini mengilhami kewajiban vertikal antara hamba dengan Tuhannya, Allah dengan ritual shalat. Selain itu Rasulullah memperoleh visualisasi kebesaran Allah maupun prediksi-prediksi pasti tentang masa depan hambanya dengan gambaran-gambaran yang baik dan buruk. Seperti tanda-tanda akhir-akhir jaman, visualisasi yang mewakili akhlak-akhlak hambanya selama di dunia dengan segala implikasinya.
Shalat lima waktu yang diwajibkan kepada ummat Islam, sesungguhnya sebuah karunia yang besar dari Allah sebagai bentuk hubungan yang universal dan proses penghambaan yang melibatkan cinta kasih, kepasrahan dan kepentingan yang besar dari hamba kepada khaiknya. Bukan sebaliknya sebagai sesuatu yang memberatkan. Shalat adalah sesuatu kebutuhan. Bila tahap ini dapat tercapai maka sesungguhnya pemaknaan hidup menjadi lebih berarti dan terarah akan pencapaian akhir dari kehidupan itu sendiri.
Shalat mendidik kita untuk disiplin baik waktu, tempat dan segala hal. Selain mendidik kepasrahan total kepada Allah bahwa segalanya hanya milik Allah dan kembali kepada-Nya. Oleh karenanya, sifatnya yang wajib bukan untuk memberatkan hambanya akan tetapi lebih membantu dan menolong pada proses kehidupan manusia selanjutnya baik didunia maupun di akhirat. Allah memiliki hak prerogatif sebagai sutradara mengatur jalan cerita hamba-hambanya dan shalat adalah media yang harus dilalui sebagai terjemahan dari pedoman hidup secara nyata yang dipandu dengan kitab suci Al Qur'an dan Hadist untuk memberikan arah yang jelas bagi kehidupan ummat manusia seutuhnya.

Tidak ada komentar: